11/10/2014

Visi Bundo nan Jauh Kedepan

Ini adalah sebuah cerita tentang sebuah keteladanan. Cerita tentang sebuah semangat bahwa di ruang-ruang negeri ini masih ada, jika tak bisa dikatakan masih banyak, orang tua yang membesarkan anak-anak mereka dengan cita-cita yang besar. Bagi saya, apa yang akan saya ceritakan ini merupakan sesuatu yang mulai jarang saya temukan.

Seperti biasa, kami selalu percaya dengan kalimat berikut “Bahwa silaturrahim bisa memperpanjang usia dan membuka pintu rezki”. Maka dari itu, kami senantiasa berupaya untuk melakukannya. Walaupun sudah berpisah di beragam tempat dan peruntungan, kami senantiasa menanti momen-momen yang pada tahun-tahun terakhir hanya bisa dilakukan sekali dalam setahun, yaitu ba’da Ied Fitri. Tak ubahnya tahun ini, dari beberapa penjuru, walau dengan halang dan rintang, kami alhamdulillah dapat berjumpa dan melakukan apa yang kami sebut sebagai “Tour Lebaran 1435 H”. Tempat-tempat rutin kembali dikunjungi dan tentu beberapa destinasi tambahan menghiasi touring kecil-kecilan kami kali ini.

Subhanallah, setiap roda motor ini menggelinding menapaki jalanan ranah Minang, disetiap itu pula decak kagum yang tiada terkira akan keindahan ranah Minang ini. Walau pernah berkunjung ke negeri-negeri nun jauh disana, tapi keelokan ranah ini memanglah punya sesuatu yang akan selalu membuat rindu. Yakin, negeri kita ini tak kalah elok nya dengan negeri-negeri nun jauh disana. Terlebih lagi jikalau hati telah berpaut disini.

Ehm,.. salah satu destinasi yang kami hampiri adalah kediaman keluarga seorang sahabat di tepian danau maninjau. Awalnya, sempat ragu untuk hadir, karena jadwal yang disusun sedikit molor, maklum lah hampir disemua destinasi, selalu tak kuasa menolak keramahan si orang rumah. Nenek nya si A nyuruh mampir dulu, mengambilkan sekantong rambutan fresh from its tree, Ibunya si B menyuruh makan siang dulu, Ayah nya si C menyuruh golek-golek dulu, “siko se lah lalok, manga takaja-kaja bana, lah malam hari maah, jalannyo jauah, kok hujan bagai beko” begitulah kira-kira yang beliau cakapkan. Yaahh… bersyukur dipertemukan dengan keluarga-keluarga seperti itu, sehingga kami merasa punya banyak orang tua dan selalu rindu untuk datang lagi dan lagi dan lagi.
Okeh… prolognya terlalu panjang ya.. hehe, biasalah bos, tulisan ngalor ngidul (tau nggak ngalor ngidul itu maksud literally nya apa?? Gak tau kan yaaaaa…… :D ) FYI: ngalor ngidul itu secara harafiah berarti ngutara-ngenyelatan hehe alias panjang lebar ujung ke ujung.

Okeh… (lagi). Berhubung hari telah larut, kami sempat berdiskusi, apakah tidak apa untuk lanjut ke keluarga sahabat di tepian danau maninjau tersebut. Bukan apa-apa, ini adalah salah satu destinasi baru dalam touring ini tentu tak bisa disamakan dengan tujuan-tujuan tetap yang akan selalu membuka pintu jam berapa pun kami datang (hehe, karena sudah biasa dan maklum), nah apakah demikian juga dengan destinasi baru ini, walau bagaimanapun waktu untuk berkunjung sebagai adab bertamu sudah lah lewat. Tapi berpegang pada janji yang sudah diucap, kami gebuh sepeda-sepeda motor menuju ketepian danau maninjau tersebut. Diterpa angin malam, disapu rerintik hujan dan perut kosong (ehm).

Tarrakami datang. :D Dan benar saja, si adik terpaksa keluar lagi dari kamar tidurnya untuk menyambut kami, sang Ayah sudah terlelap (sepertinya), sang Ibu sedang beberesan di dapur. Keramahan menyambut, sepertinya keluarga ini sudah terbiasa untuk didatangi silih berganti, karena terlihat begitu open dan nyaman. Bercakap-cakap dan dilanjutkan dengan bakar ikan yang lagi-lagi fresh from the keramba. Kami juga disuguhi penganan khas danau maninjau. Rinuak. Konon kabarnya ikan mungil-mungil ini hanya ada di danau maninjau. Dan kalau di olah dan dikemas, bisa menjadi barang mahal, oleh-oleh khas Maninjau.

Ketika fajar datang, disinilah kekaguman ku bertambah. Pagi hari keluarga ini sudah bersiap-siap untuk beraktivitas. Dan ketika melihat keluar, waah subhanallah keren, hamparan danau maninjau dan aura pagi yang sejuk, bau semerbak alam dan tetes-tetes embun. Beberapa kami menyempatkan mendayung sampan ke tepian-tepian keramba di tengah danau, lalu kami berhimpun dengan beberapa buah duren yang semerbak. Wahhh.. nikmatnya dunia, kawaaaan. :D

Pada pagi ini pula, sewaktu sarapan teh, sang Ibu menghampiri kami, duduk bersama kami dan bercerita. Menyampaikan apresiasinya dan terimakasih nya telah dikunjungi dan telah bersahabat dengan anak beliau. Tak lupa beliau menitipkan pesan pada kami untuk selalu kompak, selalu bererat-erat dalam bersilaturrahiim ini dan saling mengingatkan dan tolong menolong. Bagian yang menyentuh dalam perbincangan pagi itu adalah ketika beliau mengahrapkan kami para generasi muda untuk serius dalam membina diri dan menyiapkan diri untuk menyambut estafet pembangunan bangsa ini. Bagaimana harapan beliau bahwa kami anak-anaknya ini bisa menjadi orang yang berguna untuk bangsa dan agama, bermanfaat untuk kemajuan negara ini. Subhanalloh. Ucapan yang simple memang. Tapi bagiku ini adalah something, kawan.

Sungguh mulia Bundo kanduang yang satu ini. Dari pesan-pesan yang beliau sampaikan terlihat bahwa beliau memiliki visi yang jauh ke depan, visi yang tak sekedar pemenuhan hasrat manusiawi individual belaka, tetapi memikirkan kedjayaan bangsa. Ia bukan hanya menanamkan visi tentang memiliki pekerjaan tetap dan sukses, atau membina keluarga sakinah saja kepada anaknya dan kami. Ini visi tentang melanjutkan kepemimpinan bangsa, sobat.

Maka dari itu, dengan bangga kusampaikan padamu wahai Indonesia, jangan khawatir, masih ada Bundo-bundo kanduang yang menyiapkan generasi muda untuk melanjutkan hidupmu kelak. Masih ada dan mungkin masih banyak yang peduli. Hingga tak ada tempat untuk pesimis dengan kelanjutan kehidupan bangsa kita ini, walau mungkin banyak kekecewaan atas penyelenggaraan negara kita, Banyak yang bersikap apatis, tapi tak kalah banyak yang masih peduli, tak kalah banyak yang masih memiliki mimpi untuk kelangsungan kedjayaan Indonesia.

Hmm… inilah sepenggal kisah dari silaturrahiim kami. Tak semua bisa diceritakan memang. Semoga bisa diambil semangatnya :D

Sungguh tak sabar menanti petualangan berikutnya, entah kemana, dengan siapa, dan menemukan hikmah seperti apa. Tapi satu yang pasti, bahwa kita akan terus berjalan dan berlari, karena hidup ini begitu indah jika hanya sekedar dihabiskan dengan duduk dan berbaring saja.

Ronal Rifandi, M.Sc
(ups, alhamdulillah, terimaksih atas dukungan dan doanya sahabat, akhirnya purna juga program masternya) J




0 comments: